Ruang Tulis

TV Sampah

with 3 comments

Isi TV kini cuma sampah

Isi TV kini cuma sampah belaka

Isi TV kini cuma sampah

Entah Mengapa Kalian Bisa Hidup Menikmatinya?

Bait di atas merupakan sedikit cuplikan dari sebuah lagu yang berjudul “TV Sampah”. Lagu yang dinyanyikan oleh band bernama Captain Jack ini mengungkapkan, secara implisit namun keras, fakta yang miris tentang tayangan televisi yang ada di Negeri Ibu Pertiwi ini.

Fakta yang miris??

Ya, memang sudah lama tayangan yang ada di televisi kita menjadi keresahan bagi sekelompok orang dinegeri ini termasuk saya sendiri. Tayangan-tayangan yang ada, menurut saya pribadi, sangatlah jauh dari kesan bermutu. Selain itu, tayangan-tayangan tersebut juga jauh dari kesan mendidik.

Sebut saja tayangan yang bernama sinetron. Tayangan yang sangat digandrungi oleh kebanyakan ibu-ibu rumah tangga ini tidak lebih dari sekedar tayangan perusak moral. Lihat saja isi tayangannya. “Kompetisi” untuk memperebutkan harta, kekuasaan atau pasangan hidup menjadi hal utama yang diangkat di dalam suatu sinetron. Memang, suatu kompetisi bukanlah hal yang tidak boleh ditonton. Tapi, “kompetisi” yang ada di dalam sinetron bukanlah kompetisi biasa. Para pelaku di dalam sinetron lebih banyak memperlihatkan kompetisi yang menghalalkan segala cara. Dan pemeran utama yang ada di dalam sinetron tersebut (yang kebanyakan berkarakter baik), lebih banyak menderita dan jarang sekali melakukan perlawanan terhadap pihak yang menindas. Pihak yang memiliki karakter baik digambarkan sebagai orang yang selalu menderita, orang yang kurang beruntung, orang yang lemah dan tak berdaya. Dan pada akhirnya, yang bisa dilakukan hanyalah berdo’a, berdo’a, dan berdo’a.

Cermin buruk dunia per-televisi-an kita yang lain adalah tayangan infotainment. Tayangan ini dapat dinikmati sepanjang hari. Pagi hari, siang hari, ataupun malam hari, kita dapat menemui tayangan yang menyuguhkan kehidupan pribadi dari seorang artis. Memang, kehidupan artis menjadi suatu daya tarik yang tidak bisa dilepaskan dari suatu infotainment. Bagi sebagian orang, mengetahui kehidupan idolanya menjadi suatu kepuasan tersendiri. Hal itulah yang menjadi sasaran para penyaji acara infotainment. Namun sayangnya, berita-berita yang disajikan di infotainment saat ini lebih banyak menyajikan gosip-gosip yang kebenarannya masih dipertanyakan. Parahnya lagi, gosip-gosip yang disajikan adalah gosip yang buruk mengenai seseorang atau sederhananya adalah “aib seseorang”.

Satu lagi tayangan yang menurut saya merupakan “sampah” dalam dunia per-televisi-an kita, yaitu acara reality show. Reality show, merupakan tayangan yang menyajikan cerita nyata dari kehidupan seseorang. Acara-acara reality show, dalam berbagai kemasan, seperti menjamur dalam per-televisi-an nasional. Akan tetapi, kuantitas yang ada tidaklah dibarengi dengan kualitas. Banyak sekali orang-orang yang bertanya-tanya mengenai kebenaran cerita dalam suatu reality show. Apakah ini benar ya??? Ini dibuat-buat atau sungguh-sungguh terjadi???, merupakan beberapa pertanyaan yang kerap terlontar dari para pemirsa televisi, tidak terkecuali saya. Saat ini, reality show (sepertinya) telah berubah menjadi tayangan yang tak ubahnya sebuah sinetron. Cerita yang ada di dalamnya, berisi tentang pertikaian yang tiada hentinya, dan seringkali di‘bumbu’i dengan adegan-adegan kekerasan fisik dan umpatan-umpatan atau kata-kata yang tidak pantas diucapkan dan dilihat oleh anak-anak kecil. Saya lebih senang menyebut tayangan ini sebagai “sinetron gaya baru”.

Beberapa contoh di atas merupakan beberapa “sampah” yang ada di dalam per-televisi-an Indonesia. Namun, bukan berarti semua tayangan di televisi Indonesia merupakan “sampah”. Masih ada tayang-tayangan yang dapat kita ambil pelajaran darinya. Saya sendiri, tidak munafik, masih menikmati beberapa tayangan yang ada di televisi.

Lalu, siapa yang disalahkan atas beredarnya tayangan-tayang tidak bermutu tersebut? Kita, sebagai konsumen dari tayangan televisi, tidak akan bisa menuntut pihak televisi untuk menayangkan ini dan itu serta menyalahkan mereka. Karena mereka berorientasi kepada keuntungan. Artinya, tayangan yang mereka anggap disukai publik dan mendatangkan keuntungan, akan tetap dipertahankan dan diperbanyak kuantitasnya meskipun tayangan tersebut tidak mendidik sekalipun. Dan sebaliknya, kita juga tidak bisa menyalahkan para penikmat “sampah” televisi. Tayangan-tayangan televisi merupakan masalah selera, sehingga hal tersebut sangatlah subyektif dan pribadi.

Lalu bagaimana??

Semuanya kembali kepada pribadi masing-masing. Artinya, setiap orang hendaknya mampu untuk selektif terhadap tayangan televisi yang ada. Sehingga, mereka mampu memilah dan memilih mana hal yang baik dan yang buruk.

Lalu bagaimana dengan anak-anak kecil dan para remaja yang menjadi tulang punggung gnerasi penerus bangsa ini? Bagaimana dengan nasib mereka?

Keluarga, utamanya orang tua, memiliki peranan yang penting dalam mengatasi masalah ini. Keluarga merupakan lingkungan, sekaligus orang-orang terdekat dari mereka. Oleh karena itu, keluarga hendaknya mampu menghadirkan lingkungan yang di dalamnya mengandung nilai-nilai moral yang tidak ada di dalam tayangan-tayangan televisi di atas. Langkah terkecil dan kongkrit yang bisa dilakukan adalah dengan selalu mendampingi dan membimbing sang anak ketika menonton televisi. Harapannya, sang anak mampu mengerti perilaku-perilaku yang boleh ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Langkah yang sederhana, tapi akan menjadi hal yang sulit jika tidak ada komitmen untuk itu.

Written by zeindha

August 2, 2010 at 12:20 pm

3 Responses

Subscribe to comments with RSS.

  1. kick andy, kick andy, kick andy gimana….(teriak dengan semangat bambu runcing)
    big ideas for small planet?
    nanny 911?
    jika aku menjadi….(semakin berkobar-kobar sampe nggak nyadar uda ngacung-ngacungin sendal, hahaha)
    spongebob squarepants????
    yaaaa, emang sie…balik sama pribadi masing-masing. yang kamu sampein ada benarnya juga(banyak malah)

    aya

    January 13, 2011 at 4:37 am

  2. Trus yang nggak sampah apa zein? Full House?
    Hahaha.. Nenekku (sebelum almarhumah) seneng banget lho nonton sinetron..
    Sempet tinggal bareng nenek dulu bentar bikin aku mikir TV yang isinya cuma sampah itu ternyata bisa ngasih sedikit kebahagiaan dan ‘kehidupan’ juga buat orang-orang.
    Kalo diliat liat kasian juga kalo nggak ada sinetron nenekku pasti kasian banget tinggal sendiri dirumahnya.. Hehe.. *jadi curhat ya!
    Kalo nggak suka nggak usah ikut menikmati.
    Dan nggakperlu treak treak sampah.
    Gitu-gitu bisa ngasih kebahagiaan juga buat orang. 🙂
    *berusaha netral nih!

    Novia Valentina

    January 21, 2011 at 1:15 pm

  3. iya…iya…
    emang TV itu juga masih memberikan kebahagiaan dan ada baiknya kok…
    aku juga msih sering nonton bola di TV….

    zeindha

    February 4, 2011 at 12:04 pm


Leave a comment