Archive for the ‘Coretan sederhana’ Category
Ikhwan & Akhwat sejati
Lagi nyari referensi buat tugas teori keruangan-2 sambil buka blog yang udah lama enggak disambangi, eh…enggak nyangka nemuin posting-an (yang menurutku bagus dan inspiratif sekali) dari blog teman lama dan teman seperjuangan. Enggak ada salahnya dong kalau berbagi.
Ikhwan Sejati Seorang remaja ikhwan bertanya pada ibunya: Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati… Sang Ibu tersenyum dan menjawab…
ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang di sekitarnya….
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakankebenaran…..
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa …
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah…
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan…
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu… Read the rest of this entry »
Kisah Tentangnya
Tinggalkanlah gengsi
Hidup berawal dari mimpi
Gantungkan yang tinggi
Agar semua terjadi
Di suatu pagi Bulan Desember, lantunan lagu Bondan Prakoso feat Fade 2 Black berjudul “Hidup Berawal dari Mimpi” yang terdengar dari sebuah komputer tua di atas meja belajarnya menemaninya bersiap-siap berangkat kuliah. Bangun tidur, pergi kuliah, pulang ke kos, belajar, dan kembali tidur. Itulah kegiatan sehari-harinya. Kelihatan membosankan bagi banyak orang, tapi tidak baginya. Kuliah, belajar di universitas, menjadi sarjana, telah menjadi mimpi baginya dan orang tuanya. Dan itu menjadi harapan bersama untuk bisa mengentaskan ketidakmampuan ekonomi –bila terlalu memalukan disebut kemiskinan– yang mendera mereka sejak lama.
Baginya, tidak ada batasan dan gengsi dalam bermimpi. Semua orang berhak mempunyai mimpi, setinggi apapun itu. Tidak terkecuali bagi dia, yang hanya seorang bocah desa dari 10 bersaudara di pedalaman Boyolali, putra kedua dari seorang penjual tahu dan tempe yang kemampuan ekonominya rendah. Read the rest of this entry »