Ruang Tulis

Archive for the ‘Coretan sederhana’ Category

Kembali Menulis, Ulen Sentalu dan Pelajaran Hidup

leave a comment »

Hmm…sepertinya sudah sangat lama sekali saya tidak menulis di blog ini ataupun blog lain punya saya yang tidak bisa diselamatkan lagi karena saya lupa passwordnya.hehe

Padahal, kalau dipikir-pikir, saya sudah sangat berdosa dengan tidak lama menulis di blog. Kenapa? Karena saya dulu berjanji pada diri sendiri bahwa setelah punya modem, saya akan rajin menulis di blog. Tapi kenyataannya? Bohong. Nihil. Kosong.

Baiklah, untuk postingan pertama ini, hitung-hitung sebagai latihan setelah lama tidak menulis, saya ingin bercerita sedikit tentang perjalanan wisata saya ke Ulen Sentalu. Jalan-jalan kali ini saya lakukan bersama-sama dengan teman-teman studio di semester 3  dulu (walaupun minus 2 orang).

Pertama-tama, apa itu Ulen Sentalu? Ulen Sentalu itu adalah sebuah museum yang ada di daerah wisata Kaliurang, Yogyakarta. Museum ini letaknya ada di sebelah barat taman rekreasi Kaliurang. Tema dari Museum Ulen Sentalu ini  adalah keluarga Kraton Kasultanan Yogyakarta dan Surakarta. Jadi, di museum ini, kita bisa melihat sejarah keluarga dan koleksi-koleksi peninggalan dari 2 kasultanan tersebut. Satu hal yang membuat saya cukup terkesan ketika pertama kali datang di museum ini adalah konsep arsitektur bangunannya. Ya….walaupun saya tidak terlalu mengerti tentang dunia arsitektur, tapi yang jelas, bangunan dari museum ini sangat unik dan bisa dikatakan sangat harmonis dengan lingkungan alam sekitarnya. Kesimpulannya, museum ini sangat layak untuk dikunjungi. Kalau mau tahu info lebih lanjut, bisa klik di http://www.ullensentalu.com/.

Cuma segitu ceritanya? Ya….tidak usah terlalu banyak lah. Toh, akan lebih asyik kalau langsung ke sana daripada cuma baca atau dengar dari cerita orang.hehe

Lalu, apa yang saya dapat dari jalan-jalan itu? Banyak dong. Dari pikiran yang segar kembali, udara bersih, foto-foto, sampai pelajaran hidup bahwa:

“Tiap pilihan hidup itu punya konsekuensi tersendiri. Kesiapan kita dalam menghadapi berbagai konsekuensi tersebut sangat bergantung pada kita punya tujuan hidup atau tidak”

Umum ya? Ya memang. Tapi itulah pelajaran yang saya dapat dalam jalan-jalan bersama ovi, wildan, ruy, ria, dewi dan mbak guide cantik (yang sayangnya saya lupa namanya.hehe) di Ulen Sentalu.

Okelah. Cukup sekian dulu tulisan “comeback”  saya. Semoga di lain waktu saya bisa lebih sering menulis lagi.

Written by zeindha

December 21, 2012 at 9:39 am

Posted in Coretan sederhana

Tagged with ,

Ikhwan & Akhwat sejati

with one comment

Lagi nyari referensi buat tugas teori keruangan-2 sambil buka blog yang udah lama enggak disambangi, eh…enggak nyangka nemuin posting-an (yang menurutku bagus dan inspiratif sekali) dari blog teman lama dan teman seperjuangan. Enggak ada salahnya dong kalau berbagi.

Ikhwan Sejati Seorang remaja ikhwan bertanya pada ibunya: Ibu, ceritakan padaku tentang ikhwan sejati… Sang Ibu tersenyum dan menjawab…

ikhwan Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang di sekitarnya….

ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakankebenaran…..

ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa …

ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah…

ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan…

ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu… Read the rest of this entry »

Written by zeindha

March 12, 2011 at 2:40 pm

Posted in Coretan sederhana

Kisah Tentangnya

with 5 comments

Tinggalkanlah gengsi

Hidup berawal dari mimpi

Gantungkan yang tinggi

Agar semua terjadi

Di suatu pagi Bulan Desember, lantunan lagu Bondan Prakoso feat Fade 2 Black berjudul “Hidup Berawal dari Mimpi” yang terdengar dari sebuah komputer tua di atas meja belajarnya menemaninya bersiap-siap berangkat kuliah. Bangun tidur, pergi kuliah, pulang ke kos, belajar, dan kembali tidur. Itulah kegiatan sehari-harinya. Kelihatan membosankan bagi banyak orang, tapi tidak baginya. Kuliah, belajar di universitas, menjadi sarjana, telah menjadi mimpi baginya dan orang tuanya. Dan itu menjadi harapan bersama untuk bisa mengentaskan ketidakmampuan ekonomi –bila terlalu memalukan disebut kemiskinan–  yang mendera mereka sejak lama.

Baginya, tidak ada batasan dan gengsi dalam bermimpi. Semua orang berhak mempunyai mimpi, setinggi apapun itu. Tidak terkecuali bagi dia, yang hanya seorang bocah desa dari 10 bersaudara di pedalaman Boyolali, putra kedua dari seorang penjual tahu dan tempe yang kemampuan ekonominya rendah. Read the rest of this entry »

Written by zeindha

February 11, 2011 at 2:28 am

Posted in Coretan sederhana